Kamis, 20 Juni 2013

6 Langkah Agar Keluar Dari Kesulitan Hidup (Bagian 2, selesai)



Setelah membaca ayat ini, Malik pun sadar dan insaf. Dia beristighfar kepada Allah karena akan melakukan bunuh diri yang dosanya sangat besar di sisi Allah. Malik pun menutup Al Qur’annya, seraya berkata, “Kalau semua urusan adalah kehendak Allah, saya enggak jadi, dah, bunuh diri.”

Setelah dia menutup Al Qur’an, dia pun bangun menuju ruangan utama rumahnya untuk mengunci pintu rumahnya dan mematikan seluruh lampu rumahnya, kecuali dua kamar, kamarnya dan kamar anaknya.

Setelah dia melakukan tiga hal: berwudhu, shalat dan membaca Al Qur’an yang merupakan petunjuk Allah hingga akhirnya menyelamatkannya, si Malik pun melakukan hal yang keempat, yaitu berdoa dengan khusyu.

Inilah yang jarang sekali dilakukan oleh kita. Bukankah kita jarang sekali berdoa dengan khusyu?!


Mengapa si Malik mematikan lampu-lampu di rumahnya dan mengunci pintu rumahnya? Rupanya si Malik ingin berduaan dengan Allah. Dia ingin berdoa dengan khusyu kepada Allah. Dia mengadu kepada Allah, “Ya Rabb, Engkau Yang Maha Kuasa, sesungguhnya aku memohon pertolongan kepada-Mu, agar esok hari rumahku enggak jadi disita, istri saya jangan sampai cerai, dan anak saya jangan sampai dikeluarkan oleh sekolah.”

Di sela-sela doanya, si Malik juga membaca Asmaul Husna dari ayat yang terakhir dibacanya, yaitu, wa Huwal Azizul Hakim.

Ya Azizuya hakim, ya ghafuru ya rahim... ya azizu ya hakim, ya ghafuru ya rahim (wahai Yang Maha Perkasa Lagi Maha Bijaksana, wahai Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang).”

Si Malik berdoa dan membaca Asmaul Husna ini sampai jam 1. Dia terus memohon kepada Allah agar rumahnya jangan disita, enggak jadi cerai dengan istrinya, dan anaknya dapat terus bersekolah.

Setelah berdoa dan membaca Asmaul Husna sampai jam 1, mata si Malik pun terasa ngantuk. Akhirnya si Malik berwudhu lagi. Setelah berwudhu, dia membaca Al Qur’an lagi. Dan ayat yang dibacanya kali ini adalah ayat tentang pasrah, yaitu surat ath-Thalaaq ayat 2-3,
 
“...Barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan siapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”

Setelah membaca ayat ini, si Malik pun kembali berdoa. Namun, doanya berbeda dengan doa sebelumnya. Jika pada tahap pertama seteah Malik berwudhu, shalat, membaca Al Qur’an dan berdoa dengan doa agar rumahnya jangan disita, enggak jadi cerai dengan istrinya, dan anaknya dapat terus bersekolah, kali ini doanya lain. Doanya adalah doa pasrah. Dia malah berdoa kepada Allah, “Ya Rabb, ampunkanlah dosaku. Jika besok hari para rentenir  itu dating, aku akan memasrahkan rumah ini. Aku telah meyerahkan semuanya kepada-Mu.”

Si Malik sadar, bahwa yang terpenting adalah ampunan Allah Swt. Rumah yang tadinya  sangat ingin ia pertahankan, akhirnya ia relkan untuk diberikan kepada rentenir. Yang penting Allah ridha kepadanya.

Setelah memasrahkan rumahnya, si Malik juga memasrahkan istrinya. Ia pun bangun menuju kamarnya. Lalu, membuka lemarinya, dan membuka kotak cincin dari laci lemari. Kemudian, ia berkata, seraya memasrahkan dirinya kepada Allah perihal peceraiannya dengan istrinya, “Ya Rabb, jika aku tidak bisa menahan lagi permintaan cerai istriku, besok akan aku kabulkan permintaannya, dan akan aku pulangkan cincin ini kepada istriku.”

Setelah memasrahkan istrinya, dia pergi ke kamar anaknya. Dia pun berkata kepada anaknya yang sedang tidur, “Nak, maafkan ayah, karena sudah menjadi ayah yang enggak benar. Kalau besok ayah enggak punya uang juga untuk bayar sekolah, lebih baik lu ikut iibu dan nenek. Ayah doain juga supaya mendapatkan ayah yang lebih baik dari ayah.”

Si Malik menjadi pasrah (bertawakal pada Allah). Pokonya pasrah! Dia memasrahkan rumahnya, istrinya dan anaknya kepada Allah. Dia rela kehilangan semuanya jika itu semua menjadi penebus dosa bagi dirinya.

Setelah pasrah, si Malik duduk termenung. Kini, bebannya sudah terasa ringan. Karena dia sudah memasrahkan semuanya.

Sedangkan yang terakhir, yaitu tahap yang keenam (terakhir), kata Rasulullah adalah, wal yatashaddaq (dan bersedekahlah).

Ketika dia duduk termenung, rupanya dia ingat bahwa yang akan disita oleh rentenir adalah rumahnya saja, sedangkan isinya tidak. Tanpa piker panjang, si Malik pun berencana untuk menyedekahkan seluruh isi rumahnya kepada orang-orang yang membutuhkannya. Dia ingin keluar dari rumahnya hanya membawa pakaian saja. Subhanallah!

Maka tibalah adzan subuh berkumandang. Si Malik, yang sudah lama tidak pernah ke masjid, hatinya tergerak untuk shalat berjamaah di masjid. Karena, si Malik hatinya sedang hidup. Padahal sebelumnya, disaat dia sedang jaya, dia sangat jauh dengan masjid.

Nah, inilah yang sering terjadi dengan kita. Biasanya ketika kita banyak uang, kita jauh dari masjid. Dan saat masalah mulai berdatangan, barulah kita ingat sama Allah, dan mulai rajin ke masjid. Padahal Rasulullah Saw berpesan kepada kita,

“Ingatlah Allah di saat senang, maka Allah akan mengingat kita d saat susah.” (Al Hadits)

Berangkatlah si Malik ke masjid, “Sudah lama juga enggak ke masjid,” katanya.

Si Malik pun merasakan kenikmatan shalat berjamaah di masjid.

Setelah selesai shalat berjamaah di masjid, dia tidak langsung pulang ke rumah. Namun, dia ingin terus menenangkan hatinya di masjid. Dia melanjutkan dengan membaca Al Qur’an, yaitu membaca surat Al Waaqi’ah. Karena dia tahu, bahwa siapa yang membaca surat Al Waaqi’ah, maka akan dijauhkan oleh Allah dari kefakiran.

Setelah itu, tepat pukul enam pagi, dia keluar dari masjid. Begitu keluar dari masjid untuk menuju rumahnya, tiba-tiba dia melihat bayangan orang di depan rumahnya. Si Malik pun menjadi deg-degan. Karena dia piker, yang dating itu adalah si rentenir. Si Malik pun berkata dalam hati, “Keterlaluan banget si rentenir. Janji dating jam 10, jam 6 pagi sudah dating!”

Namun, si Malik tetap terasa tenang. Karena hatinya sudah hidup, dia pun berani  dan tidak takut. Hati kecilnya pun menyuruhnya untuk maju dan menghadapinya. Maka, majulah si Malik untuk menghadapinya. “Bismillah.” Katanya.

Tanpa disangka, rupanya si Malik mendapatkan rezeki yang tidak diduga-duga. Rupanya tamu yang dating itu bukanlah rentenir, melainkan teman lamanya.

Begitu si Malik tahu bahwa yang dating adalah teman lamanya, jantungnya berhenti deg-degan. Dia pun memeluk teman lamanya itu, dan mempersilahkan teman lamanya untuk masuk. Lalu, temannya menanyakan tentang istrinya. Dan Malik menjawab bahwa istrinya sedang main ke rumah mertuanya. Si Malik tidak bilang kalau ia sedang proses cerai dengan istrinya.

Setelah si Malik menawarinya minum, si tamu me-request teh manis hangat + mie rebus. Tanpa basa-basi, si Malik pun segera membuatkan minuman dan makanan yang diminta tamunya itu dengan perasaan sedih, “Coba kalau ada istri, enggak bakal begini jadinya...!” katanya dalam hati dengan nada sedih.

Si Malik merasa bersalah karena telah menyia-nyiakan istrinya. Akan tetapi, dia tetap berusaha menghibur dirinya sendiri.

Setelah selesai dan mempersilakan tamunya untuk makan, mereka pun mengobrol karena sudah lama tidak bertemu. Si Malik pun bertanya kepada temannya, “Tumben elu, kesini. Memang ada apa pagi-pagi begini sudah datang?”

“Begini, Lik. Sebenarnya gua ada order, nih. Elu kan jago menaksir alat-alat berat.” Jawab temannya.

Ooo, rupanya, kerjaan si Malik ini adalah merekondisi alat-alat berat. Beli barang second, lalu memperbaruinya dan menjualnya dengan harga tinggi. Temannya ini mengabarkan bahwa di luar kota ada yang mau lelang alat berat. Dan temannya ini mau mengaak si Malik untuk ikut bersamanya guna membantunya mem-pressure harga, menaksir harga alat-alat berat. Karena si Malik jago melihat dan menaksir, besi tua saja dia sudah tahu harganya berapa dan jadinya berapa.

Namun, setelah mendengar ajakan teman lamanya, si Malik menjawab, “Maaf, enggak bisa. Gua lagi  males!”

Beginilah keadaannya kalau keluarga sudah hancur-hancuran dan tidak ada. Malik sudah kehilangan semangat. Si Malik pun tetap pada pendiriannya. Dia tidak mau ikut dengan temannya.

“Aduh, Lik. Tolong dong, bantu gua. Karena gua bisa rugi banyak kalau elu enggak ikut.” Kata temannya.

Kemudian, karena Malik tidak mau ikut dengan temannya itu, si Malik pun iseng berkata, “Begini, deh, kalau memang situ mau tetap mengajak gue uga, siapkan duit 50 juta cash di meja gua!”

Perkiraan si Malik, temannya ini enggak bakal mengabuli. Di mana ada orang kerja duitnya duluan, adanya juga belakangan?! Tetapi, di luar dugaan si Malik, karena Allah Maha Menberi rezeki kepada siapa yang dia kehendaki, temannya ngomong ke si Malik, “Lik, begini, kalau 50 juta, mah, enggak ada. Tapi kalau 25 juta, insya Allah, pagi ini cash akan saya siapkan!”

Si Malik, yang sedang ikut makan mie rebus bersama temannya, jadi tersedak kaget. Bagaimana tidak kaget, si Malik yang membutuhkan uang 15 juta, tiba-tiba ada yang menawari uang 25 juta, cash!

Dia pun segera meminta temannya mengulang ucapannya, “Tolong diulang yang tadi!” kata si Malik.

Setelah temannya mengulang ucapannya, si Malik pun menjawab, “Baiklah, kalau begitu, jadi berangkat!”

Maka selesailah masalah yang pertama. Masalah rumah, beres. Masalah rumah, Cuma 15 juta, sedangkan Malik, mendapat 25 juta.

Tinggal dua masalah lagi.

Masalah yang kedua adalah masalah si Malik dengan istrinya. Rupanya, Allah ingin menyelesaikan seluruh permasalahn Malik di pagi itu.Kun-fayakuun-nya Allah terjadi pada Malik di pagi itu.

Ketika si Malik berdoa kepada Allah di malam hari, rupanya anak keduanya yang ikut bersama ibunya menangis terus-menerus sepanjang malam (Malik mempunyai dua anak. Anak yang pertama ikut dengannya, dan anak yang kedua ikut dengan ibunya). Sehingga ibu mertuanya si Malik (ibu istrinya) berkata kepada istrinya, “Barangkali, si bungsu lagi kangen sama bapak dan kakaknya. Maka temuilah mereka besok pagi. Ajak si bungsu agar bertemu bapak dan kakaknya.’Kan besok hari terakhir sebelum proses cerai, yang penting jangan sampai si bungsu sakit.”

Ternyata, inilah yang kelak menjadi jalan bersatunya kembali rumah tangga si Malik dan istrinya. Cara yang tidak pernah diduga oleh si Malik, istrinya, bahkan oleh kita semua.

Awalnya, si istri merasa berat untuk dating ke rumah suaminya. Karena mereka sudah berjanji untuk bertemu di pengadilan jam 10 pagi. Jadi, si istri merasa malu untuk dating ke rumah suaminya pagi-pagi. Akan tetapi, karena sang ibu meyakinkan bahwa kedatangannya demi si bungsu, bukan untuk proses cerai, akhirnya si istri pun setuju untuk dating ke rumah suaminya.

Jadi, si istri dating ke Malik dengan mengancam suaminya, bahwa kedatangannya adalah demi si bungsu yang kangen sama abangnya. Dan nanti jam 10, ia tetap menunggunya di pengadilan.

Lalu, datanglah si istri ke rumah Malik. Dan si Malik baru kembali dari ATM. Setelah Malik dan temannya sampai duluan di rumah, lalu duduk, tibalah si istri dengan mengucapkan salam, “Assalamu’alaikum.”

Wa’alaikumslm.” Jawab Malik dan temannya.

Begitu pintu dibuka oleh Malik, si istri melihat Malik tersenyum lebar. Melihat suaminya tersenyum lebar, si istri pun bertanya-tanya, apa gerangan yang membuat suaminya tersenyum lebar pagi-pagi begini?

Belum hilang rasa penasarannya, si Malik segera memeluk istrinya, seraya berkata, “Alhamdulillah, Ma, kita selamat!”

Si istri pun semakin bingung dan berkata, “Selamat apa, Bang?!”

“Abang dapat duit, nih, 25 juta, pagi ini.” Jawab Malik.

“Mama kan tahu, rumah kita sedang diincar rentenir gara-gara duit 15 juta. Alhamdulillah, pagi ini kita selamat. Ini uang 15 juta nanti mama pegang, buat dibayarkan ke rentenir. Biar dia enggak dating lagi untuk selamanya. Katanya, dia mau datang nanti jam 10. Sisa uangnya, kita bagi dua; 5 juta buat ongkos abang ke Riau, yang 5 juta lagi mama pegang buat urusan anak-anak di rumah. Selama abang ke Riau, tolong jaga rumah ini, dan jaga anak-anak juga ya?” lanjut si Malik.

Lalu, apa kata istrinya, “Iya, Bang.”

Subhanallah! Si Istri yang tadinya bersikeras untuk meminta cerai kepada suaminya, tiba-tiba, ia menjadi luluh dan mengurungkan niatnya. Begitulah Allah jika sudah berkehendak. Karena Dia-lah Yang Maha Membolak-balikkan hati.

Permasalahan kedua pun selesai.

Lalu, tinggallah masalah ketiga, yaitu tnggakan SPP sekolah anaknya selama 7 bulan. Akan tetapi, ini masalah ringan, yaitu hanya Rp 350.000 (@ Rp 50.000 x 7 bulan)

Tentu ada yang bertanya disini, apakah semudah itu?!

Untuk menjawab pertanyaan itu, lebih baik kita buktikan sendiri.

Masalah lama atau sebentar adalah urusan Allah. Maka buktikanlah sendiri!

Kita mulai dari berwudhu, setelah wudhu kita shalat, setelah shalat kita baca Al Qur’an, setelah baca Al Qur’an kita berdoa, setelah berdoa kita pasrah kepada Allah, dan setelah pasrah kepada Allah kita bersedekah dengan sedekah yang terbaik. Insya Allah, kemelut dan kesulitan apa pun yang kita hadapi, Allah akan mengeluarkan kita darinya.

Ingatlah Allah di waktu senang
Maka Dia akan mengingat kita di waktu susah 

Dikutip dari buku Kun Fayakuun 2 
Karya Ust Yusuf Mansyur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar