Ketika kita sakit,
pasti kita ke dokter. Ketika ban motor kita pecah, pasti kita ke tukang tambal
ban. Maka ketika kita mempunyai masalh, namun kita tidak datang kepada Allah,
berarti kita tidak mengenal Allah sebaik kita mengenal tukang tambal ban.
Ketika kita dating menghadap ke dokter dan tukang tambal
ban, dia pasti nanya keluhan kita, karena dia menganggap kita yang punya badan
dan kita yang punya motor. Namun, ketika kita menghadap kepada Allah, Dia gak
perlu nanya kepada kita, karena Dia Maha Tahu apa yang sedang kita alami.
Maka siapa yang punya kesulitan, siapa yang punya masalah
saat ini, marilah kita belajar dari seorang yang bernama Malik. Dia sudah
berusaha menyelesaikan masalahnya dalam kurun waktu 3 tahun, namun tidak
selesai-selesai. Akan tetapi, ketika dia datang menghadap Allah, kun fayakuun-Nya Allah berlaku.
“Sesungguhnya
keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya,
‘Jadilah!’ Maka terjadilah ia.” (Q.S Yaasiin : 82)
Apa masalahnya? Yang pertama, dia punya masalah utang. Yang
kedua, dia punya masalah dengan istrinya, dan yang ketiga, dia punya masalah
dengan anak-anaknya. Setelah frustasi masalahnya enggak kelar-kelar, akhirnya
di tahun-tahun ketiga akhir dia memutuskan untuk bunuh diri.
Kita pun bertanya-tanya.. mengapa si Malik ingin mengakhiri
hidupnya dengan bunuh diri? Sebenarnya, masalah-masalah tersebut terbilang
sederhana. Namun, jika kita tidak tahu kemana kita meminta pertolongan, kemana
kita bersandar, masalah kecil bisa jadi besar. Rupanya, di tahun ke tiga akhir
itu, semua permasalahannya memuncak.
Pertama, di hari minggu, datanglah si rentenir untuk menagih
utangnya si Malik. Si rentenir bilang ke dia, “Lik, kalau besok senin Ente gak
bisa melunasi utang yang 15 juta, lebih baik Ente mengosongi rumah Ente, atau
ane yang mengosongi rumah Ente!”
Utang si Malik yang 15 juta sebenarnya enggak terlalu besar,
namun karena si Malik sudah gelap, mencari pinjaman kemana-mana enggak ada
hasil, kedatangan rentenir pada hari itu membuatnya bongkok sebelah.
Setelah datang tamu yang pertama, datanglah tamu yang kedua.
Siapa tamu yang kedua? Tamu yang kedua adalah istrinya Malik sendiri. Rupanya,
istrinya si Malik sudah 2 tahun pisah ranjang sama dia. Istrinya bilang ke si Malik,
“Kalau abang belum juga menandatangani surat cerai saya, insya Allah besok ada
yang akan datang menjemput paksa abang. Jadi besok pukul 12 siang, saya tunggu
di pengadilan agama untuk tanda tangan surat cerai.”
Setelah kedatangan istrinya, si Malik semakin bongkok.
Lalu, apa sebenarnya yang membuat istrinya menuntut cerai ke
Malik. Rupanya, si Malik sudah selingkuh. Jadi rupanya waktu si Malik sedang
jaya-jayanya dan kaya, si Malik punya dua hobi; main judi dan minum. Dan ketika
usahanya bangkrut, hobinya jadi pelarian. Tahun ke dua dia suka mabuk dan dia
suka main judi, maka terjadilah perselingkuhan. Padahal, Malik sudah bilang ke
istrinya, “Ma, aku kan selingkuh enggak sengaja!”
Jadi, rupanya begitu dia mabuk, dia pulang ke rumah
perempuan yang bukan istrinya. Ternyata perempuan itu juga mabuk. Karena mereka
berdua sama-sama mabuk, maka terjadilah peristiwa perselingkuhan itu. Dan
istrinya pun akhirnya tahu kejadian itu.
Istri manapun, jika dia di timpa permasalahan ekonomi, insya
Allah pasti dia kuat menghadapinya. Namun, jika ditimpa masalah perasaan,
jarang istri yang kuat menghadapinya.
Dan begitu sang istri tahu, dia langsung bilang ke suaminya,
“Lebih baik ceraikan saya saja, Bang! Saya sudah enggak kuat lagi!”
Belum selesai urusan yang kedua, kemudian setelah ashar,
anaknya yang pertama datang ke rumah. Dia langsung bilang ke bapaknya, “Pak,
besok aku sudah enggak bisa sekolah lagi!”
“Kenapa?” tanya Malik.
“Habis bapak lupa bayaran uang sekolah. Saya sudah tujuh
bulan enggak bayaran.” Jawab anaknya.
Seorang ayah, pasti merasa sedih kalau melihat anaknya
enggak bisa jajan, apalagi enggak bisa bayar sekolah. Nah, begitu juga si
Malik. Dia merasa sedih ketika melihat anaknya enggak bisa sekolah lagi karena
belum bayar uang sekolah tujuh bulan.
Akhirnya pada malam harinya, setelah isya, dia memutuskan say goodbye pada dunia. Namun, Subhanallah, sebelum melakukan bunuh
diri, rasa keimanannya masih tersisa. Dia pun jadi teringat belum melaksanakan
shalat isya. Dia sadar betul sudah lama enggak melaksanakan shalat. Akan
tetapi, sebelum bunuh diri, tiba-tiba dia ingin melaksanakan shalat isya,
shalat yang terakhir baginya.
Dalam kisah ini, nantinya Malik secara tidak sengaja melakukan 6 hal yang diperintahkan oleh Rasulullah Saw
jika kita mengalami masalah dan kesulitan. Kalau 6 langkah ini kita laksanakan
secara sempurna, insya Allah, segala kesulitan dan permasalahan akan
meninggalkan kita.
Yang pertama, kata Rasulullah Saw. Kalau hati sedang gundah
gulana, jiwa sedang dirundung masalah fal
yatawadh-dha’, maka berwudhulah kalian.
Ketika si Malik ingin shalat, tentunya dia harus berwudhu
terlebih dahulu. Setelah berwudhu, tiba-tiba hatinya merasa tenang.
“Ya Allah, saya belum pernah dapat ketenangan seperti ini!”
katanya setelah berwudhu.
Inilah yang harus kita ingat. Mestinya, Allah... ikhtiar...
Allah... Doa... Ikhtiar... Doa... Tawakal... Ikhtiar... tawakal... Sedangkan
kebanyakan manusia, biasaynya ia langsung berikhtiar, ikhtiar, dan ikhtiar.
Namun, ketika telah buntu, barulah ia ingat Allah.
Apakah itu salah?
Tidak!
Syukur-syukur dia masih ingat kepada Allah. Tapi kemana saja
kita selama ini?! Coba kalau ingat Allah dari pertama, tentu kita tidak akan
mengalami kebuntuan.
Yang kedua, kata Rasulullah Saw, wal yushalli rak’atain
(Shalatlah dua rakaat).
Si Malik pun mendirikan shalat isya.
Walaupun yang dikatakan Rasulullah di atas adalah shalat dua
rakaat, yaitu shalat hajat, namun esensinya sama seperti shalat yang
dilakukan Malik, yaitu shalat isya.
Setelah salam, tiba-tiba Malik melihat Al Qur’an. Ketika dia
mulai membukanya, rupanya Allah ingin berkehendak kepadanya. Allah ingin
berbicara kepada Malik. Allah ingin berkomunikasi sama si Malik. Ayat yang
dibaca oleh Malik adalah surat Ali Imran ayat 26,
“Katakanlah, Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau
berikan kerajan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan
dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang engkau kehendaki
dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala
kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Hitam kata Allah, hitam yang terjadi! Putih kata Allah,
putih yang terjadi!
Seakan-akan Allah berkata kepada Malik, “Lik, Aku Maha Kuasa
atas segala sesuatu. Kata siapa rumahnu akan disita jika Aku tetap
mengamanahkan rumah ini kepadamu? Kata siapa engkau akan bercerai jika Aku
tetap mempersatukan dua hati dalam mawaddah wa rahmah? Kata siapa, Lik, anakmu
akan berhenti sekolah jika Aku yang akan memberikan rezeki kepadamu? Karena
semua keputusan ada di tangan-Ku.”
Namun, Malik tetap belum percaya.
Dia belum percaya bagaimana mungkin uang 15 juta bisa dia
dapatkan dalam waktu yang sempit ini. Dia belum percaya bagaimana mungkin dia
dapat kembali pada istrinya sedangkan besok jam 12 siang dia harus menghadiri
persidangan cerainya di pengadilan agama.
Jika kita bertanya kepada manusia dan juga bertanya kepada
akal sehat kita, memang enggak masuk akal jika permasalahan si Malik akan
selesai dalam waktu yang sangat singkat ini. Namun jika kita bertanya pada
Allah Yang Maha Kuasa, apa yang tidak mungkin bagi Dia, kalau Dia sudah bilang,
“Kun fayakuun...”
Karena si Malik masih ragu, Allah pun menghendaki si Malik
untuk melihat ayat yang lain. Ternyata
ayat yang di baca selanjutnya adalah lanjutan dari ayat sebelumnya, yaitu surat
Ali Imran ayat 27,
“Engkau masukan malam kedalam siang dan Engkau masukkan
sinag ke dalam malam. Engkau keluarkan
yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang
hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).”
Seakan-akan Allah kembali berbicara kepada si Malik, “Lik,
sesungguhnya Allah Maha Kuasa mengubah malam menjadi siang, dan siang menjadi
malam, Aku Maha Kuasa menghidupkan yang mati dan mematikan yang hidup, apalah
lagi urusan manusia!”
Namun, tetap saja si Malik masih belum percaya. Karena ia
sudah menyerah. Ia dalam keadaan buntu.
Karena Malik masih belum percaya, rupanya Allah berkenan
berdialog dengannya. Dia menggerakkan tangan Malik ke ayat yang lain, yaitu
surat Faathir ayat 2 dan 3,
“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa
rahmat, maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya; dan apa saja yang
ditahan oleh Allah, maka tidak seorang pun yang sanggup melepaskannya sesudah
itu. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Hai manusia, ingatlah
akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan
rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan selain Dia; maka
mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)?”
Allah seakan-akan berbicara kepada Malik, “Lik, kembalilah
kepada-Ku. Kembalilah kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Mohonlah kepada-Ku apa yang engkau butuhkan, pasti akan aku kabulkan.”
Bersambung...
Karya Ust Yusuf Mansyur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar