Jumat, 21 Juni 2013

Di Balik Keberhasilan Buckminster Fuller



Bucky, nama panggilan Buckminster, sebenarnya adalah orang yang beruntung. Menempuh kuliah di perguruan tinggi Harvard yang bagus, tapi karena bandel dia tidak pernah lulus. Dia menikah dengan anak orang kaya. Bucky yang cerdas hidup aman, nyaman dan boros, hingga musibah menimpanya.

Saat sedang bangkrut dan tinggal di rumah yang jelek, anak gadis satu-satunya meninggal dunia. yMengapa anaknya harus mati? Bucky memutuskan untuk bunuh diri. Tak ada gunanya lagi hidup tanpa anak yang dicintainya.


Supaya tidak digagalkan orang, Bucky dengan cerdik memilih cara bunuh diri dengan pura-pura berenang di danau Michigan. Rencananya di tengah danau dia akan menenggelamkan diri. Bucky sudah berdiri di depan danau Michigan, seperti rencananya. Sementara ia berdiri disana, mendadak ia mendapat semacam ilham, seperti yang belakangan ia gambarkan seolah-olah Tuhan berbicara kepadanya. Bahkan setelah 50 tahun pun dia masih ingat kata-katanya. 

“Bucky, kamu bukanlah milik dirimu. Kamu adalah milik alam semesta... Yakinlah bahwa kalau kamu curahkan waktu dan perhatianmu demi kepentingan sesamamu maka alam semesta akan mendukungmu, selalu, dan persisi di saat-saat kritis.”

Bucky terkejut mendengar suara itu. Tiba-tiba dia sadar, jalan yang dipilihnya sangatlah konyol. Serasa mendapat pencerahan baru, Bucky mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Dia kembali pulang, dan memutuskan untuk memulai kembali hidupnya secara berbeda. Dia membulatkan tekad untuk mengabdikan dirinya bagi alam semesta. 

Bucky yang cerdas kini berfokus membuat sesuatu yang bermanfaat. Dia tertarik untuk membuat rumah yang mudah dan murah untuk dibangun. Solusi yang dia ajukan adalah rumah dengan bentuk bola. Baginya, bola memiliki volume terbesar untuk luas terkecil. Bucky merancang bangunan yang akhirnya mendapatkan patent : Kubah Geodesic (Geodesic Dome) yang dirumuskan tahun 1940.

 Gambar Geodesic Dome

Kubah Geodesic adalah temuan istimewa yang memungkinkan membangun kubah tanpa tiang berapapun luas diameternya. Bucky mampu merumuskan persamaan matematika yang bisa menghasilkan kunah tersebut dengan hanya susunan batang-batang besi. Dengan temuan Bucky itu dapat dibuat rumah, gedung, juga hanggar dengan sangat cepat. Kubah Geodesic terbesar ada di Jepang dengan diameter 710 feet.

Temuan Bucky mendapat patent dan digunakan untuk membangun gedung-gedung komersil. Royalti dari paten mengalir membuat Bucky menjadi orang yang sangat kaya. Uniknya, setiap bulan Bucky menyumbangkan semua pendapatannya untuk amal. Bulan berikutnya rekening tersebut telah berisi lagi dengan royalty, dia sumbangkan lagi. Kabarnya terkadang dia menyumbang 1 juta dollar (saat itu jumlah yang sangat besar). Demikian seterusnya, sampai akhir hayatnya ia tidak pernah kekurangan apapun. Ia tahu alam semesta akan mendukungnya, selalu, dan persis di saat-saat kritis.

 Gambar Mobil Dymaxion

Buckminster Fuller dipandang sebagai seorang pemikir besar. Gagal kuliah di Harvard, namun diberi 47 gelar doktor kehormatan, menulis sekitar 28 buku, dan memiliki sekitar 25 patent yang berharga. Dia mendapat pujian langsung dari Einstein, rekannya. Konsep geodesic dome dia perluas untuk kendaraan yang disebut Dymaxion, pembuatan peta bumi yang sesuai dengan bentuk bola, dan piringan radar. Fuller juga seorang yang humanis, banyak menuliskan ide memperlakukan bumi dengan lebih baik. Dia menghitung bahwa bila dipasang kincir angin di setiap tower jaringan listrik tegangan tinggi di Amerika, bisa menghasilkan 3,5 kali listrik saat itu. Bagi dia krisis energy tidak ada, yang ada adalah krisis karena ‘ketidakpedulian’. “There is no energy crisis, only a crisis of ignorance.” (Fuller)

Sumber : SEPIA Institute

Tidak ada komentar:

Posting Komentar